
Disebuah kota tempat saya tinggal
sewaktu kuliah, saya mengenal sesosok pria yang menurut saya sangat disiplin
waktu, tak lagi muda dan sedikit berubun tua, sebut saja Pak Ramli. Beliau
adalah orang yang tidak pernah tidak hadir untuk melayat dan bersamadiyah
setiap kali ada orang yang meninggal ditempat tinggalnya, bukan tidak pernah
tidak hadir untuk melayat, melainkan selalu hadir setiap malam untuk melayat
(mengkoordinir jamaaah yang melayat dan bersamadiyah). Tak pernah pula diabaikan
olehnya ‘tugas’ atau memang sudah menjadi kebiasaan yang sudi dilakukan dengan
suka hati, mengkoordinir setiap jama’ah yang berhadir, mulai dari menyambut
hingga mempersiapkan dan mempersilahkan para jamaa’ah untuk duduk. Beliau
bagaikan koordinator lapangan (yang selalu sudi menyambut, mempersilahkan dan
menertibkan) untuk jama’ah yang datang melayat untuk bersamadiyah di setiap tempat
orang yang meninggal di kampungnya.
Sebatas informasi, ditempat
tinggal Pak Ramli tersebut, Bersamadiyah kerumah duka dilakukan secara
berturut-turut selama tiga malam awal dari masyarakat desa (ditempat tinggalnya
terssebut). Dan ketiga malam tersebutlah Pak Ramli selalu bertugas (ikhlas dari
hati) seperti biasa tanpa ada yang menyuruh atau pun memerintah. Setiap habis
shalat magrib berjamaah di mesjid, seperti biasa beliau selalu menjadi orang
pertama selain orang rumah yang berhadir untuk melayat (menyambut jamaah desa
yang hendak bersamadiyah) kerumah duka tersebut.
Sekilas tentang hidupnya, Pak
Ramli adalah orang yang dikenal kebaikannya dan kejujurannya oleh masyarakat,
beliau juga selalu berhadir ke mesjid setiap waktu shalat tiba. Kesehariannya
beliau berjualan dikios miliknya, beliau murah senyum kepada siapa saja yang
dijumpainya. Hidup beliau pun tak jauh-jauh dari berjualan dan beribadat,
ditambah pada malam-malam tertentu beliau juga aktif mengikuti pengajian surah
kitab yang di adakan di mesjid. Yang pasti keadaan tersebut menjadikan beliau
orang yang mudaah bergaul, ramah lingkungan dan tentu sangat diterima dalam
masyarakat.
Saya sendiri cukup mengagumi
perawakan dan kelakuan sederhan beliau tersebut, sampai pada suatu ketika,
waktu subuh dimesjid dekat kediaman saya (dikampung pak ramli) tinggal, saya
cukup terkejut saat mendengar pengumuman yang diumumkan di mesjid tersebut.
“Innalillahi wa innalillaihi raji’un telah berpulang kerahmatullah
saudara kita Ramli Bin Pulan malam tadi jam 04.00 WIB” pengumuman tersebut
berulang-ulang disampaikan sebanyak 3 kali.
Saya termenung sejenak, lalu
pikiran terbawa kepada ingatan-ingatan tentang beliau, semua tentang beliau
sampai akhirnya saya sadar, bahwa hari itu adalah hari jum’at, dan semalam
adalah malam jum’at, dala hati saya terbesit “Subhanallah, begitu mulianya beliau dipanggil dimalam yang mulia
pula, ampuni dosanya dan tempatkan beliau ditempat yang layak disisimu Ya
Rabbi.”
Dan hari itu, pagi itu saya tak
sempat menjenguk kerumah duka dan tak sempat pula mengantarkan beliau ke
pemakamannya karena kebetulan waktu itu ada jam kuliah pagi. Tapi setahu saya
dari orang-orang dikampung tersebut wajah beliau terlihat berseri-seri dan
bibir beliau tersenyum serta proses pemandian hingga pemakaman beliau pun
berjalan dengan normal. Subhanallah, Allah yang maha yang semulia apa beliau
ini disisinya. Dan di waktu malamnya seperti biasa, samadiah. Dan subhanallah
sekali lagi, orang-orang berdatangan berduyun-duyun, malam pertama sampai malam
ketiga selalu ramai. Bahakan dimalam ketiga yang identik dengan sebutan
“Samadiah pemuda dan terbuka untuk umum”, bahkan sampai ada yang rela berdiri
karena tidak cukup tempat untuk duduk. Padahal tempat yang tersedia bukan hanya
dirumahnya, tapi juga dirumah-rumah tetangga depan yang bedekatan dengan rumah
beliau. Subhanallah!
Maha Suci Allah, kebaikan dibalas
dan digandakan dengan kebaikan. Bayangkan orang yang biasanya bermalas-malas
untuk bersamadiyah justru malam itu begitu bersemangat untuk bersamadiyah.
Allah tentunya Maha Adil, setiap apa yang kita perbuat didunia ini ada
balasannya, dan sesuai dengan perbuatan kita. Yang pasti ketulusan dan
keikhlasan dari hati sudah pasti punya nilai lebih disisi Allah Yang Maha
Bijaksana. (dawa)
Penulis: Zaki Arzani
No comments:
Post a Comment
MBLB