twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Social Icons

Monday, 9 November 2015

Kisah "Pelayat" Yang Menyadarkan Kita Tentang "Arti Bermasyarakat"

Melayat atau Samadiyah adalah budaya, adat, atau hukum yang berlaku dalam Agama Islam disetiap kali ada seorang muslim yang meninggal.  Perbuatan ini sudah lazim diperoleh dan dilakukan oleh seluruh umat muslim, yang bertujuan untuk menghibur keluarga duka yang ditinggalkan dan mengirim doa untuk orang yang menghadap sang khalik tersebut. Baik dikampung maupun dikota, melayat dan samadiyah bukanlah hal yang tabu untuk dilakukan dilingkaran Agama Islam.

Disebuah kota tempat saya tinggal sewaktu kuliah, saya mengenal sesosok pria yang menurut saya sangat disiplin waktu, tak lagi muda dan sedikit berubun tua, sebut saja Pak Ramli. Beliau adalah orang yang tidak pernah tidak hadir untuk melayat dan bersamadiyah setiap kali ada orang yang meninggal ditempat tinggalnya, bukan tidak pernah tidak hadir untuk melayat, melainkan selalu hadir setiap malam untuk melayat (mengkoordinir jamaaah yang melayat dan bersamadiyah). Tak pernah pula diabaikan olehnya ‘tugas’ atau memang sudah menjadi kebiasaan yang sudi dilakukan dengan suka hati, mengkoordinir setiap jama’ah yang berhadir, mulai dari menyambut hingga mempersiapkan dan mempersilahkan para jamaa’ah untuk duduk. Beliau bagaikan koordinator lapangan (yang selalu sudi menyambut, mempersilahkan dan menertibkan) untuk jama’ah yang datang melayat untuk bersamadiyah di setiap tempat orang yang meninggal di kampungnya.
Sebatas informasi, ditempat tinggal Pak Ramli tersebut, Bersamadiyah kerumah duka dilakukan secara berturut-turut selama tiga malam awal dari masyarakat desa (ditempat tinggalnya terssebut). Dan ketiga malam tersebutlah Pak Ramli selalu bertugas (ikhlas dari hati) seperti biasa tanpa ada yang menyuruh atau pun memerintah. Setiap habis shalat magrib berjamaah di mesjid, seperti biasa beliau selalu menjadi orang pertama selain orang rumah yang berhadir untuk melayat (menyambut jamaah desa yang hendak bersamadiyah) kerumah duka tersebut.
Sekilas tentang hidupnya, Pak Ramli adalah orang yang dikenal kebaikannya dan kejujurannya oleh masyarakat, beliau juga selalu berhadir ke mesjid setiap waktu shalat tiba. Kesehariannya beliau berjualan dikios miliknya, beliau murah senyum kepada siapa saja yang dijumpainya. Hidup beliau pun tak jauh-jauh dari berjualan dan beribadat, ditambah pada malam-malam tertentu beliau juga aktif mengikuti pengajian surah kitab yang di adakan di mesjid. Yang pasti keadaan tersebut menjadikan beliau orang yang mudaah bergaul, ramah lingkungan dan tentu sangat diterima dalam masyarakat.
Saya sendiri cukup mengagumi perawakan dan kelakuan sederhan beliau tersebut, sampai pada suatu ketika, waktu subuh dimesjid dekat kediaman saya (dikampung pak ramli) tinggal, saya cukup terkejut saat mendengar pengumuman yang diumumkan di mesjid tersebut.
Innalillahi wa innalillaihi raji’un telah berpulang kerahmatullah saudara kita Ramli Bin Pulan malam tadi jam 04.00 WIB” pengumuman tersebut berulang-ulang disampaikan sebanyak 3 kali.
Saya termenung sejenak, lalu pikiran terbawa kepada ingatan-ingatan tentang beliau, semua tentang beliau sampai akhirnya saya sadar, bahwa hari itu adalah hari jum’at, dan semalam adalah malam jum’at, dala hati saya terbesit “Subhanallah, begitu mulianya beliau dipanggil dimalam yang mulia pula, ampuni dosanya dan tempatkan beliau ditempat yang layak disisimu Ya Rabbi.”
Dan hari itu, pagi itu saya tak sempat menjenguk kerumah duka dan tak sempat pula mengantarkan beliau ke pemakamannya karena kebetulan waktu itu ada jam kuliah pagi. Tapi setahu saya dari orang-orang dikampung tersebut wajah beliau terlihat berseri-seri dan bibir beliau tersenyum serta proses pemandian hingga pemakaman beliau pun berjalan dengan normal. Subhanallah, Allah yang maha yang semulia apa beliau ini disisinya. Dan di waktu malamnya seperti biasa, samadiah. Dan subhanallah sekali lagi, orang-orang berdatangan berduyun-duyun, malam pertama sampai malam ketiga selalu ramai. Bahakan dimalam ketiga yang identik dengan sebutan “Samadiah pemuda dan terbuka untuk umum”, bahkan sampai ada yang rela berdiri karena tidak cukup tempat untuk duduk. Padahal tempat yang tersedia bukan hanya dirumahnya, tapi juga dirumah-rumah tetangga depan yang bedekatan dengan rumah beliau. Subhanallah!

Maha Suci Allah, kebaikan dibalas dan digandakan dengan kebaikan. Bayangkan orang yang biasanya bermalas-malas untuk bersamadiyah justru malam itu begitu bersemangat untuk bersamadiyah. Allah tentunya Maha Adil, setiap apa yang kita perbuat didunia ini ada balasannya, dan sesuai dengan perbuatan kita. Yang pasti ketulusan dan keikhlasan dari hati sudah pasti punya nilai lebih disisi Allah Yang Maha Bijaksana. (dawa)

Penulis: Zaki Arzani

No comments:

Post a Comment

MBLB

 
Selamat datang! Terima Kasih! ×