Bintang mulai
menari, bulan telah lama menyapa, pertanda malam sudah tenggelam dalam
kelarutan… Apa yang terjadi? Diluar sana seperti masih ada keributan… Deni,
dulunya seorang pemuda teladan nan gagah, idola semua kalangan… tak hanya
anak-anak, orang tua sekalipun akan menunduk seakan saat melintas dihadapannya,
dia bagai sumber kekuatan, keberadaannya seperti mewakili semua kalangan…
Dialah pemuda tampan idola semua kalangan…
Malam kian
larut, dan keribuatan bagaikan gemuruh dikala hujan… Bukan keributan besar,
tapi sunyinya malam seakan menjadikannya begitu jelas terdengar… Deni sedang
sakau, bukan hanya mengigau, sesekali juga terdengar caci maki terlontar
meributkan segenap keadaan sunyi, seperti sangat kacau… Orang-orang pun mulai
sadar, pria idaman itu sudah tak tau arah… Deni sudah berubah… Deni berbalik
arah… Deni terlempar dan tercoreng balutan gegabah…
Deni, seperti
diketahui dulunya ia punya istri seorang wanita cantik, tentu menarik bagi semua laki-laki. Seorang bunga desa yang tak hanya Deni yang
menyukainya, tapi Deni jelas berbeda dengan semua
laki-laki lain, dia rupawan, wajahnya yang tampan membuat keberuntungan
berpihak kepadanya… Jadilah sicaantik menawan memilihnya dan hiduplaah mereka
sebagai sepasang kekasih… Dinda… begitulah nama wanita cantik itu sering
dipanggil. Bagi semua lelaki, selain wajahnya yang cantik, parasnya yang
menawan juga menjadi daya tarik yang tak terbantahkan untuk tak menerimanya
sepagai kekasih. Begitupun Deni, Deni dengan mudahnya menerima pernyataan suka
secara langsung yang diucapkan wanita itu…
Hari-hari Deni
pun dilalui bersama kekasihnya, hubungan mereka yang alot dan tanpa konflik
menjadikan mereka pasangan idaman yang sangat lengket dengan kebahagiaan.
Begitulah sudut pandang orang-orang terhadap mereka… Hubungan mereka yang kala
itu mereka jalin pun semakin hari semakin akrab, semakin lama semakin serius,
sampai akhirnya kedubelah pihak keluarga mereka pun merestui hubungan mereka…
Tibalah mereka pada hari yang berbahagia yang diimpikan oleh semua insan Tuhan…
Ijab Kabul
berlangsung lugas, dan tibanya malam pengantin seakan menyusul cepat untuk
menemani kebahagian mereka… Jadilah Deni dan Dinda sepasang suami instri…
Hari-hari merekapun seperti hidup tanpa cacat, Deni yang merupakan lulusan Sarjana
Ekonomi pun akhirnya diterima untuk
bekerja disebuah perusahan. Dengan gaya hidup normal, semua orang telah memprediksikan kisah hidup mereka berdua akan bahagia… Dan benar saja, mereka hidup tanpa
bergantung sama orang lain, rutinitas dan periotas kerja Deni yang memuaskan perusaan membuat Deni
sekali lagi menjadi pria idaman dikantor tempatnya bekerja… Deni naik pangkat, diangkat
jadi bos manager diperusahannya,
punya sekretaris
cantik, serta anak buah yang rata-rata kreatif dan jenius, yang menjadikan kantor mereka sebagai
kantor percontohan dikota tersebut…
Sementara Dinda menjadi ibu rumah tangga yang baik,
bangaun pagi-pagi menyiapkan sarapan dan berbuat sebagaimana seharusnya seorang istri memperlakukan
suami… hari-hari terus berlalu, sampai akhirnya Dinda mengandung anak pertama
dari pernikahan mereka… Seperti suami istri pada umumnya, anak adalah hal
terdepan jika permasalahannya adalah rumah tangga… Seperti kehadiran buah hati
akan menjadikan hubungan mereka serta perkawinan mereka semakin lengkap, karena kelak akan ada seorang
anak yang akan memanggil mereka ayah dan ibu… begitulah harapan keduanya.
Malam itu, hasil
dari semua kerja keraspun diraih, kantor tersebut mendapat penghargaan sebagai
kantor dengan organisasi yang terorganisir dan dikelola dengan sangat baik,
penghargaan yang langsung diberikan oleh pak walikota setempat menjadikan Deni
dan teman-teman kerjanya larut dalam selebrasi kemenangan… malam itu seperti
malam yang panjang bagi mereka semua… pelampiasan kemenangan pun seperti tak habis hanya
dimalam itu. Di akhir pekan nanti Deni dan teman-teman kerjanya telah sepakat untuk membuat janji untuk kumpul-kumpul diluar…
Hari-hari pun berlalu, sampai akhirnya pada akhir pekan yang dinanti pun telah tiba… Mereka sepakat untuk berkumpul disebuah hotel, dan disanalah nantinya acara kumpul-kumpul akan digelar. Perayaan pun berlanjut, dengan riang dan girang menghiasi perilaku mereka, dengan disuguhkan segelas air yang sedari sebelum mereka tiba sudah tersedia disana… Mereka yang tiba disana, dengan penuh canda tawa tanpa pikir panjang lebar meminum habis suguhan air tersebut, sampai akhirnya mereka benar-benar larut dalam waktu perayaan yang mereka jalani… Apa yang terjadi? Belum apa-apa, mereka masih normal, sampai akhirnya bicara mereka, kelakuan mereka, dan semua dari mereka seperti kerasukan, mereka mulai meracau… Deni yang dasarnya merupakan orang terhormat ikut dibuat lupa diri oleh keadaan dihotel tersebut, entah siapa yang melakukannya, yang jelas mereka telah tipu oleh segelas miniman, ibarat mengharap kesenangan malah kesesakan yang menerpa.
Hari-hari pun berlalu, sampai akhirnya pada akhir pekan yang dinanti pun telah tiba… Mereka sepakat untuk berkumpul disebuah hotel, dan disanalah nantinya acara kumpul-kumpul akan digelar. Perayaan pun berlanjut, dengan riang dan girang menghiasi perilaku mereka, dengan disuguhkan segelas air yang sedari sebelum mereka tiba sudah tersedia disana… Mereka yang tiba disana, dengan penuh canda tawa tanpa pikir panjang lebar meminum habis suguhan air tersebut, sampai akhirnya mereka benar-benar larut dalam waktu perayaan yang mereka jalani… Apa yang terjadi? Belum apa-apa, mereka masih normal, sampai akhirnya bicara mereka, kelakuan mereka, dan semua dari mereka seperti kerasukan, mereka mulai meracau… Deni yang dasarnya merupakan orang terhormat ikut dibuat lupa diri oleh keadaan dihotel tersebut, entah siapa yang melakukannya, yang jelas mereka telah tipu oleh segelas miniman, ibarat mengharap kesenangan malah kesesakan yang menerpa.
Tanpa tersadar,
malam pun berlalu sampai akhirnya gelap mulai pudar, pertanda subuh akan
menjemput fajar… Satu persatu mereka yang tergelatak telah sadar. Apa yang
mereka lihat saat itu? Mereka yang tergetak tanpa sehelai benangpun dibadan mereka, seakan
semuanya tak percaya… oh apa yang mereka lakukan semalam, mengapa keadaannya
seperti ini… mereka semua menaganggap apa yang mereka lakukan seperti mimpi saja… Deni, Deni hanya
tertunduk lesu, pasalnya saat tersadar dia bahkan berada dalam pelukan
sekretaris cantiknya, Rini. Deni kehabisan kata-kata… Tanpa membangunkan yang lainnya, Deni langsung
cepat-cepat bergegas langsung keluar dari hotel
tersebut untuk menyepi… Deni benar-benar malu dengan dirinya, Deni beranggapan betapa hinanya dirinya dibuai
perayaan yang hanya terjadi semalam...
Setibanya Deni dirumah, ia diam, tak tau harus apa... Dia tak tau apa
gunanya pulang kerumah kalau hanya untuk membawa derita, tapi ia tetap harus
pulang. Sementara istrinya, Dinda senantiasa menyambut kepulangan sang suami
sebagaimana mestinya. Tanpa banyak bertanya, Dinda pun memncoba memaklumi
kepenatan yang sedang dialami Deni. Dinda pun mengiringi langkah sang suami
untuk menuntunnya beristirahat kedalam kamar.
Ditempat tidurnya Deni masih saja memikirkan kejadian semalam, ia berharap istrinya
tifak mengetahui apa yang terjadi padanya dimalam kelam itu, dan dalam hati
Deni sedikit merasa lega karena respon dari sang istri untuknya setiba dirumah,
ditanggap dingin oleh Dinda. Dalam lamunan penyesalannya pun akhirnya Deni
tertidur...
Bersambung... (dawa)
Penulis: Zaki Arzani
No comments:
Post a Comment
MBLB